Senin, 10 Juli 2023

PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN (HHBK) PEMBUATAN SANGKAR BURUNG

 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) PEMBUATAN SANGKAR BURUNG


Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.35 / Menhut-II/2007 Pasal 1 Ayat 3 Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani termasuk produk budidaya kecuali kayu yang asalnya dari hutan. 

        Sedangkan menurut UU Nomor 41, hasil hutan adalah benda-benda hayati, non hayati, dan turunan nya serta jasa yang berasal dari hutan. Hasil hutan dimaksud terdiri dari:
Hasil nabati dengan turunan antara lain kayu, rotan, rumput-rumputan, tanaman obat, bambu, jamur, getah, hingga hasil tumbuhan;  Hasil hewani dengan turunannya meliputi satwa liar dan hasil penangkaran, satwa elok, satwa buru, hingga bagian yang dihasilkan oleh hewan-hewan di hutan;  Benda non hayati dalam aspek ekologi adalah kesatuan ekosistem beserta organ hayati penyusun hutan yang meliputi air, udara bersih hingga barang lain namun tidak termasuk barang tambang;  Jasa yang di dapat dari hutan seperti jasa wisata, jasa keunikan dan keindahan, jasa perburuan serta jasa lain nya;  Hasil produksi yang di dapat dari hasil pengolahan bahan mentah yang asal nya dari hutan, yang merupakan produksi primer seperti kayu bulat, kayu gergaji, kayu lapis serta pulp.


       Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dapat pula diartikan sebagai segala sesuatu yang bersifat material (bukan kayu) yang diambil dari hutan untuk dimanfaatkan bagi kegiatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Di Desa Kalisat,Kecamatan Bungkal  terdapat industry pengrajin sangkar burung skala rumahan. Bahkan usaha pengrajin sangkar burung ini merupakan usaha turun temurun.Industri rumah tangga ini mampu menjadi solusi untuk masyarakat dengan cara melibatkan diri sebagai langkah transformasi  non pertanian guna meningkatkan dan memenuhi kebutuhan keluarga. Home industry merupakan lapangan pekeraan yang tidak memerlukan pendidikan tinggi dan modal yang besar. Home industry yang paling banyak diminati adalah industry kerajinan. Salah satunya yaitu industry sangkar burung. Proses produksi merupakan salah satu bentuk kegiatan yang penting dan sangat menentukan jalannya industry secara keseluruhan.  Dalam 1 (satu) hari dapat menghasilkan 2-3 sangkar burung, dengan harga Rp 40.000 - 45.000,-/sangkar Cat polos Kelangsungan proses produksi sangat dipengaruhi oleh kelancaran bahan baku. Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi sangkar burung sangat mudah didapat di daerah Bungkal, Yaitu Bambu,Kayu sengon, dan rotan.

Pemasaran produk sangkar burung  meliputi daerah Ponorogo, Madiun, Trenggalek, Tulungagung, Pacitan, Solo, Jogyakarta, Semarang dan Bali.. Kondisi sulit dialami oleh para pengrajin sangkar burung selama pandemi, hal tersebut dikarenakan omset yang menurun. Penurunan omset selama pandemic dipengaruhi oleh menurunnya roda ekonomi pada masyarakat saat pandemi. Kondisi saat ini berangsur-angsur membaik setelah 3 (tiga) tahun. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan minat beli para konsumen.

Sekarang pemasaran sangkar burung sudah mulai membaik, sehingga meningkatkan ekonomi masyarakat bahkan dapat untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan membiayai sekolah anak.



Hasil hutan bukan kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan ( Permenhut No.35 Tahun 2007). Pengertian lainnya dari hasil hutan bukan kayu yaitu segala sesuatu yang bersifat material (bukan kayu) yang diambil dari hutan untuk dimanfaatkan bagi kegiatan ekonomi dan peningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hasil hutan bukan kayu pada umumnya merupakan hasil sampingan dari sebuah pohon, misalnya getah, daun, kulit, buah atau berupa tumbuhan-tumbuhan yang memiliki sifat khusus seperti rotan, bambu dan lain-lain. Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada umumnya merupakan kegiatan tradisionil dari masyarakat yang berada di sekitar hutan, bahkan di beberapa tempat, kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu merupakan kegiatan utama sebagai sumber kehidupan masyarakat sehari-hari.



Hasil hutan bukan kayu telah lama diketahui menjadi komponen penting dari kehidupan masyarakat sekitar hutan. Bagi sebagian besar penduduk, hasil hutan bukan kayu merupakan salah satu sumber daya penting dibandingkan kayu. Banyak rumah tangga di sekitar kawasan hutan ini, menggantungkan hidupnya terutama pada hasil hutan bukan kayu sebagai kebutuhan sampingan (subsistem) dan atau sebagai sumber pendapatan utama.