Salah satu masalah yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk
Berbagai usaha yang telah ditempuh oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan lainnya. Namun keterbatasan teknologi serta pengetahuan bagi para petani mengakibatkan penggunaan sumberdaya alam tersebut bahkan menimbulkan lahan-lahan kritis.
Melihat keadaan tersebut pemerintah mengambil berbagai kebijaksanaan meningkatkan hasil pangan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Namun pada kenyataannya jumlah lahan kritis setiap tahun semakin bertambah sehingga perlu upaya penanggulangan diantaranya melalui usaha reboisasi dan penghijauan. Bahkan saat sekarang dikembangkan suatu system tata guna lahan dengan penanaman secara bersama antara tanaman kehutanan dan tanaman pertanian yang dikenal dengan system agroforestry.
Tujuan utama dari system agroforestry adalah untuk memperbaiki serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan melalui usaha peningkatan produksi bahan makanan maupun peningkatan pendapatan penduduk yang diarahkan kepada penyelamatan dan pencegahan kerusakan hutan, tanah, dan air. Untuk itu perlu pemilihan tanaman yang baik dan tepat sesuai dengan keadaan setempat dimana diharapkan dapat memberikan keuntungan dan nilai tambah kepada para petani.
Tanaman jati (Tectona grandis) dan Jambu mete (Anacardium occidentale Linn) adalah jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman campuran antara tanaman keras dengan tanaman produtif karena disamping sifatnya yang dapat memulihkan kondisi kesuburan tanah juga pencegah erosi pada tanah-tanah gundul atau kritis. Disamping itu sifatnya yang lain adalah tahan terhadap kekeringan juga pemeliharaan mudah dan sederhana serta pertumbuhannya relatif singkat sudah dapat memenuhi fungsi dan peranannya sebagai tanaman penghijauan (Djarijah,dkk, 1994). Lebih lanjut Sumartono (1994) mengemukakan bahwa tanaman jati dan jambu mete tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi serta dapat hidup pada tanah-tanah yang kurang subur dan kekurangan hara. Tanaman jati dan jambu mete mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi oleh karena kayu jati harga kayunya sangat tinggi dan buah jambu buahnya dapat dikonsumsi disamping bijinya mengandung gizi yang tinggi sedangkan buah semunya banyak mengandung vitamin C, B1 dan B2. Kulit bijinya mengandung cairan CNSL yang berguna untuk bahan pembuat cat. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dikembangkan tanaman jambu mete
II. PERKEMBANGAN AGROFORESTRY
Di KTH Argo Munggu Lestari Desa Munggu ,Kecamatan Bungkal, Kabupate Ponorogo sedang dikembangkan tanaman jambu mete di sela tanaman jati dengan system agroforestry tumpangsari.
Istilah agroforestry meliputi berbagai macam sistem pemanfaatan lahan yang mengkombinasikan kehutanan dan pertanian atau penggembalaan pada lahan sama. Agroforestry diarahkan pada penyelesaian masalah pengembangan pedesaan, utamanya pada daerah tropis, dengan:
- Meningkatkan dan memperbaiki hasil produksi
- Menjaga penyediaan energi lokal
- Produksi kayu dan berbagai bahan mentah lainnya bagi kebutuhan petani itu sendiri, untuk industri, dan jika mungkin untuk di ekspor
- Perlindungan dan perbaikan potensi produksi pada lahan dan lingkungan yang tersedia; meningkatkan daya dukung ekologi manusia;
- Menjaga kelestarian melalui intensifikasi pemanfaatan lahan yang tepat
- Memperbaiki kondisi sosial ekonomi di daerah pedesaan dengan menciptakan lapangan kerja, pendapatan dan mengurangi resiko;
- Pengembangan sistem pemanfaatan lahan yang mengoptimalkan penggunaan teknologi modern dan pengalaman tradisional setempat sesuai dengan budaya dan kehidupan masyarakat yang dimaksud.
Dalam kaitannya dengan penggunaan lahan, sebaiknya sistem agroforestry dilaksanakan di daerah dengan kondisi topografi yang miring, dengan tingkat kesuburan yang rendah. Dengan melaksanakan system agroforestry di daerah tersebut tidak saja mengatasi erosi akan tetapi juga menjamin tersedianya pangan, kayu bakar dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani (Satjapradja, 1981). Selanjunya dikemukakan bahwa untuk pengembangan agroforestry, agar tidak mengkonversi hutan alam yang masih baik akan tetapi lebih difokuskan pada rehabilitasi tanah-tanah kritis.
1. Jambu Mete (Anacardium occidentale Linn)
a. Asal dan penyebaran
Jambu mete berasal dari Amerika Selatan yakni dari daerah Brazzilia bagian Timur Laut pada daerah lembah sungai Amazone. Tanaman ini dimasukkan ke Indonesia pada abad XVI, namun belum berperan sebagai tanaman komersil (Abdullah, 1985).
Menurut
Rismunandar (1986) bahwa tanaman jambu mete kini telah menyebar ke
negara-negara yang beriklim tropis dan merupakan tanaman kosmopolit. Sedangkan
di Indonesia tersebar di daerah Jawa dan Madura.
b. Morfologi
Sistem
perakaran tanaman jambu mete terdiri atas akar tunggang dan beberapa akar yang
tumbuhnya mendatar ke samping, sedang akar-akar disekitar akar tunggang yang
tumbuhnya vertikal ke bawah, sehingga memungkinkan tanaman dapat berdiri kokoh
di atas tanah tempat tumbuhnya. Sistem perakaran dan luas daerah pertumbuhannya yang menyebar
tersebut menjamin pertumbuhan dan perkembangan tanaman sekalipun tumbuh di daerah
kering. Namun pertumbuhannya menjadi kurang baik apabila aerasi jelek.
Tanaman jambu mete termasuk tanaman pohon. Percabangan relatif dibentuk dekat permukaan tanah dengan habitus agak menyebar, sehingga menyerupai bentuk semak. Tinggi pohon mete dapat mencapai 10 – 12.
d. Syarat Tumbuh
Tanaman jambu mete dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dengan curah hujan 500 mm setahun bahkan curah hujan 3000 - 4000 mm setahun, asal drainasenya baik (Djarijah dan Mahedalswara, 1994). Dan menurut Sumartono (1983) tanaman jambu mete lebih menyukai suhu tinggi dan dapat mentolerir suhu udara yang lebih tinggi dari 30°C dan rendah rata-rata 20°C dengan curah hujan terendah hingga tinggi.
Umumnya tanaman jambu mete dapat tumbuh dan menghasilkan .hampir pada semua jenis tanah kecuali tanah-tanah lempung, tanah-tanah yang mengandung lapisan garam dan tanah-tanah dengan drainase buruk. Tanaman jambu mete juga dapat tumbuh dengan baik pada tempat-tempat dengan kedalaman air tanah mencapai 10 m. tanah gembur mengandung pasir dan air tidak tergenang adalah tempat tumbuh terbaik bagi jambu mete.
Dengan
penerapan pola agroforestry terhadap kedua tanaman di atas dapat digamparkan bahwa
penanaman tumpangsari dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan jambu mete karena
selain menekan pertumbuhan gulma yang sangat memberikan pengaruh terhadap
persaingan penyerapan unsur hara. Disamping itu tanaman jati dapat berfungsi sebagai tanaman pelindung
dengan perakaran yang dalam mampu mencegah terjadinya evaporasi yang berlebihan
sehingga lebih memungkinkan tersedianya air dalam tanah yang merupakan faktor
penting dalam mekanisme penyerapan hara dimana akar lebih banyak
mengabsorbsi hara dalam suasana lembab
dari pada bila akar tumbuh dalam suasana kering.
Menurut Yuhaeni dkk (1983) bahwa unsure nitrogen sangat kuat pengaruhnya dalam fase-fase pertumbuhan tanaman karena unsure nitrogen berfungsi didalam sintesa protein yang merupakan unsure pembangun protoplasma dalam pembentukan organ-organ tanaman. Dengan bertambahnya unsur-unsur nitrogen maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan menjadi lebih baik sehingga tanaman cenderung membentuk daun yang lebar serta batang yang lebih besar dan tanaman semakin tinggi.
TANAMAN JATI
Merupakan pohon yang menghasilkan kayu
berkualitas tinggi. Pohon jati ini memiliki kayu yang kuat dan awet untuk
membuat furniture. Kayu dari pohon jati merupakan kayu berkualitas tinggi dan
dihasilkan dari pohon yang berumur lebih dari 80 tahun. Pohon jati dapat tumbuh hingga
ratusan tahun, di Indonesia pohon jati terbesar dan tertua yaitu pohon 'Jati
Denok' yang tumbuh di Blora, Jawa Tengah.
Pohon jati terdiri dari beberapa bagian yang
memiliki manfaat sebagai berikut:
Daun jati dapat
dimanfaatkan sebagai pembungkus makanan. Nasi yang dibungkus dengan daun jati
akan terasa lebih nikmat. Contohnya adalah nasi pecel yang terkenal dari Ponorogo. Selain itu daun jati juga banyak
digunakan di gunakan
sebagai pembungkus .tempe
Berbagai jenis serangga hama jati juga sering dimanfaatkan
sebagai bahan makanan orang desa. Dua di antaranya adalah belalang jati (Jw.
walang kayu), yang besar berwarna kecoklatan, dan ulat jati (Endoclita). Ulat
jati bahkan kerap dianggap makanan istimewa karena lezatnya.
Kayu jati dimanfaatkan untuk membangun rumah dan
juga alat pertanian. Kayu jati pada masa perang juga digunakan untuk membangun
kapal-kapal niaga dan kapal-kapal perang. Saat ini kayu jati digunakan sebagai
furnitur.
Kesimpulan
Dari hasil uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pola pengembangan tanaman jambu mete (Anacardium occidentale Linn) dengan tanaman Jati (Tectona Grandis) yang merupakan salah satu bahan industri dapat dilakukan dengan mengetahui sifat-sifat pertumbuhan masing-masing tanaman. Dengan demikian nilai produksi dari suatu lahan yang kondusif dapat ditingkatkan secara ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar