Sabtu, 04 Desember 2021

PERLINDUNGAN MATA AIR

 

                                                   PERRLINDUNGAN  MATA AIR

Perlindungan Mata Air (PMA) adalah salah satu upaya dalam sistem penyediaan air minum untuk menjaga sumber air baku untuk air minum agar tidak mengalami perubahan baik terhadap kuantitas maupun terhadap kualitas air dari mata air

Sumberdaya air merupakan salah satu sumberdaya yang ikut terdampak pandemi Covid-19 dan tatanan normal baru. Dalam hal ini, tatanan normal baru akan memunculkan suatu standar baru yang perlu menjadi perhatian, salah satunya pemenuhan air baku yang lebih berkualitas untuk berbagai kebutuhan. 

Mengapa mata air harus dilindungi?

Mata air merupakan salah satu sumber air potensial yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Nilai penting mata air bukan hanya dari kualitasnya saja, namun juga penting dari aspek kuantitas. Sebagai gambaran, dari seluruh air yang ada di bumi, air tawar yang bisa dimanfaatkan hanya 3% saja. Sekitar 30?ri air tawar tersebut, hanya 0,3% yang dapat dimanfaatkan langsung dalam bentuk air permukaan. Air tanah sebagai sumber mata air mempunyai potensi paling besar yaitu 30?ri air tawar yang ada di bumi.

Nilai penting mata air lainnya bisa dilihat dari aspek ekonomi, sosial, budaya, dan ekologi. Mata air yang berada di pegunungan pada umumnya mempunyai kualitas yang sangat baik, sehingga hal ini menjadi daya tarik para pelaku usaha untuk memanfaatkannya. Berbagai produk air minum dalam kemasan merupakan salah satu bentuk pemanfaatan air mata air secara ekonomi. 

Lokasi dengan potensi mata air juga menjadi daya tarik terbentuknya peradaban sejak dahulu kala. Pusat-pusat peradaban dunia dan kota-kota besar pada umumnya berlokasi dekat dengan sumber air, khususnya mata air.

Secara ekologis, pentingnya mata air ditunjukkan oleh peran mata air yang mempengaruhi kelestarian ekosistem akuatik maupun non-akuatik yang berada di bawahnya.  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mata air merupakan sistem penyangga ekosistem di bawahnya.

Ke depan, peningkatan kebutuhan air baku sebagai akibat pesatnya pembangunan dan pertambahan penduduk merupakan salah satu ancaman. Di sisi lain, tatanan normal baru juga menuntut agar sumber air baku khususnya mata air, memiliki kualitas lebih baik serta kuantitasnya cukup dan tersedia sepanjang waktu.

Perlindungan juga dapat dilihat dari sudut pandang infrastruktur dan kawasan. Perlindungan mata air berupa infrastruktur pada intinya adalah perlindungan melalui struktur bangunan, misalnya bangunan penampung air. Sudut pandang kawasan merujuk perlindungan mata air secara spasial, baik sekitar titik mata air maupun DTA (Daerah Tangkapan Air) mata air. 

Proses kejadian mata air tidak terlepas dari beberapa kondisi yang memengaruhinya. Setidaknya terdapat tiga kondisi yang memengaruhi kemunculan mata air, yaitu kondisi morfologi, kondisi geologi dan kondisi hidrogeologi. Karakterisasi mata air sering digunakan untuk mengetahui proses kejadian mata air, diantaranya berdasarkan sifat pengaliran air tanah, debit air, suhu air, tipe akuifer, tenaga penyebab pengaliran air tanah.




Pengendalian kerusakan mata air dan air tanah dipengaruhi oleh tekanan lingkungan, permasalahan lingkungan, dan bencana ekologis. Dari ketiga faktor ini selanjutnya akan mempengaruhi kondisi mata air dan air tanah. Kondisi ini selanjutnya diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelas, yakni kelas Aman – Rawan – Rusak. Fungsi dari pengklasifikasian kelas ini nantinya akan menjadi pertimbangan pengambilan keputusan untuk melaksanakan aksi yang sesuai untuk kondisi masing-masing kelas.

Sementara itu, Dr. Dasapta menyatakan pemanfaatan air tanah sebagai opsi terakhir setelah air permukaan atau sumber lain. “Dalam pengambilan air tanah sebaiknya dilakukan pada musim kemarau saja,  karena pada saat musim hujan kita bisa memanen air yang melimpah sekaligus mengurangi konsumsi air tanah.



Untuk pemulihan air tanah tidak bisa dilakukan di tanah dangkal. Areal yang perlu di cover dengan ekuivalensi simpanan air hujan dan perlu dipertimbangkan pula berapa kapasitas (liter) yang akan dimasukkan. “Teknologi yang dapat dikembangkan di masa depan adalah bagaimana rumah-rumah atau gedung-gedung perkantoran dapat mandiri memproduksi air tanpa mengambil air tanahnya. Hal ini perlu didukung dari sektor Perguruan Tinggi yang memiliki potensi SDM yang berkualitas untuk menghasilkan riset-riset teknologi.

 

Senin, 15 November 2021

PENGEMBANGAN AGROFORESTRY JAMBU METE DI SELA TANAMAN JATI

 

PENDAHULUAN 

            Salah satu masalah yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah pesatnya pertambahan penduduk sehingga kebutuhan akan pangan maupun kebutuhan lainnya juga turut bertambah. Dilain pihak jumlah lahan yang dapat memproduksi pangan sangat terbatas oleh akibat banyaknya lahan pertanian yang dikonversi menjadi pemukiman atau perumahan.

Berbagai usaha  yang telah ditempuh oleh  pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan lainnya. Namun keterbatasan teknologi serta pengetahuan bagi para petani mengakibatkan penggunaan sumberdaya alam tersebut bahkan menimbulkan lahan-lahan kritis.

Melihat keadaan tersebut pemerintah mengambil berbagai kebijaksanaan meningkatkan hasil pangan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Namun pada kenyataannya jumlah lahan kritis setiap tahun semakin bertambah sehingga perlu upaya penanggulangan diantaranya melalui usaha reboisasi dan penghijauan. Bahkan saat sekarang dikembangkan suatu system tata guna lahan dengan penanaman secara bersama antara tanaman kehutanan dan tanaman pertanian yang dikenal dengan system agroforestry.

Tujuan utama dari system agroforestry adalah untuk memperbaiki serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan melalui usaha peningkatan produksi bahan makanan maupun peningkatan pendapatan penduduk yang diarahkan kepada penyelamatan dan pencegahan kerusakan hutan, tanah, dan air. Untuk itu perlu pemilihan tanaman yang baik dan tepat sesuai dengan keadaan setempat dimana diharapkan dapat memberikan keuntungan dan nilai tambah kepada para petani.

Tanaman jati (Tectona grandis) dan Jambu mete (Anacardium occidentale Linn) adalah  jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman campuran antara tanaman keras dengan tanaman produtif karena disamping sifatnya yang dapat memulihkan kondisi kesuburan tanah juga pencegah erosi pada tanah-tanah gundul atau kritis. Disamping itu sifatnya yang lain adalah tahan terhadap kekeringan juga pemeliharaan mudah dan sederhana serta pertumbuhannya relatif singkat sudah dapat memenuhi fungsi dan peranannya sebagai tanaman penghijauan (Djarijah,dkk, 1994). Lebih lanjut Sumartono  (1994) mengemukakan bahwa tanaman jati dan jambu mete tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi serta dapat hidup pada tanah-tanah yang kurang subur dan kekurangan hara. Tanaman jati dan jambu mete mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi oleh karena kayu jati harga kayunya sangat tinggi dan buah jambu buahnya dapat dikonsumsi disamping bijinya mengandung gizi yang tinggi sedangkan buah semunya banyak mengandung vitamin C, B1 dan B2. Kulit bijinya mengandung cairan CNSL yang berguna untuk bahan pembuat cat. Sehubungan dengan  hal tersebut maka perlu  dikembangkan tanaman jambu mete

II. PERKEMBANGAN AGROFORESTRY

Di KTH Argo Munggu Lestari Desa Munggu ,Kecamatan Bungkal, Kabupate Ponorogo sedang dikembangkan tanaman jambu mete di sela tanaman jati dengan system agroforestry  tumpangsari.

 Sistem agroforestry merupakan sistem yang relatif baru untuk rangkaian kegiatan yang telah dikenal sejak lama dan konsep agroforestry telah memperoleh pengakuan secara internasional dalam memanfaatkan lahan dan telah mengalami berbagai kesukaran dan dalam waktu yang lama sebelum dapat diterima di kalangan ilmuwan baik sebagai suatu nama maupun sebagai suatu konsep.

Istilah agroforestry meliputi berbagai macam sistem pemanfaatan lahan yang mengkombinasikan kehutanan dan pertanian atau penggembalaan pada lahan sama. Agroforestry diarahkan pada penyelesaian masalah pengembangan pedesaan, utamanya pada daerah tropis, dengan:

-         Meningkatkan dan memperbaiki hasil produksi

-         Menjaga penyediaan energi lokal

-         Produksi kayu dan berbagai bahan mentah lainnya bagi kebutuhan petani itu sendiri, untuk industri, dan jika mungkin untuk di ekspor

-         Perlindungan dan perbaikan potensi produksi pada lahan dan lingkungan yang tersedia; meningkatkan daya dukung ekologi manusia;

-         Menjaga kelestarian melalui intensifikasi pemanfaatan lahan yang tepat

-         Memperbaiki kondisi sosial ekonomi di daerah pedesaan dengan menciptakan lapangan kerja, pendapatan dan mengurangi resiko;

-         Pengembangan sistem pemanfaatan lahan yang mengoptimalkan penggunaan teknologi modern dan pengalaman tradisional setempat sesuai dengan budaya dan kehidupan masyarakat yang dimaksud.

Dalam kaitannya dengan penggunaan lahan, sebaiknya sistem agroforestry dilaksanakan di daerah dengan kondisi topografi yang miring, dengan tingkat kesuburan yang rendah. Dengan melaksanakan system agroforestry di daerah tersebut tidak saja mengatasi erosi akan tetapi juga menjamin tersedianya pangan, kayu bakar dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani (Satjapradja, 1981). Selanjunya dikemukakan bahwa untuk pengembangan agroforestry, agar tidak mengkonversi hutan alam yang masih  baik akan tetapi lebih difokuskan pada rehabilitasi tanah-tanah kritis.

1.      Jambu Mete (Anacardium occidentale Linn)

      a.  Asal dan penyebaran

Jambu mete berasal dari Amerika Selatan yakni dari daerah Brazzilia bagian Timur Laut pada daerah lembah sungai Amazone. Tanaman ini dimasukkan ke Indonesia pada abad XVI, namun belum berperan sebagai tanaman komersil (Abdullah, 1985).

            Menurut Rismunandar (1986) bahwa tanaman jambu mete kini telah menyebar ke negara-negara yang beriklim tropis dan merupakan tanaman kosmopolit. Sedangkan di Indonesia tersebar di daerah Jawa dan Madura.

            b. Morfologi

                        Sistem perakaran tanaman jambu mete terdiri atas akar tunggang dan beberapa akar yang tumbuhnya mendatar ke samping, sedang akar-akar disekitar akar tunggang yang tumbuhnya vertikal ke bawah, sehingga memungkinkan tanaman dapat berdiri kokoh di atas tanah tempat tumbuhnya. Sistem perakaran dan  luas daerah pertumbuhannya yang menyebar tersebut menjamin pertumbuhan dan perkembangan tanaman sekalipun tumbuh di daerah kering. Namun pertumbuhannya menjadi kurang baik apabila aerasi jelek.

                        Tanaman jambu mete termasuk tanaman pohon. Percabangan relatif dibentuk dekat permukaan tanah dengan habitus agak menyebar, sehingga menyerupai bentuk semak. Tinggi pohon mete dapat mencapai 10 – 12.

            d. Syarat Tumbuh

                        Tanaman jambu mete dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dengan curah hujan 500 mm setahun bahkan curah hujan 3000 - 4000 mm setahun, asal drainasenya baik (Djarijah dan Mahedalswara, 1994).      Dan menurut Sumartono (1983) tanaman jambu mete lebih menyukai suhu tinggi dan dapat mentolerir suhu udara yang lebih tinggi dari 30°C dan rendah rata-rata 20°C dengan curah hujan terendah hingga tinggi.

                        Umumnya tanaman jambu mete dapat tumbuh dan menghasilkan .hampir pada semua jenis tanah kecuali tanah-tanah lempung, tanah-tanah yang mengandung lapisan garam dan tanah-tanah dengan drainase buruk. Tanaman jambu mete juga dapat tumbuh dengan baik pada tempat-tempat dengan kedalaman air tanah mencapai 10 m. tanah gembur mengandung pasir dan air tidak tergenang adalah tempat tumbuh terbaik bagi jambu mete.

Dengan penerapan pola agroforestry terhadap kedua tanaman di atas dapat digamparkan bahwa penanaman tumpangsari dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan jambu mete karena selain menekan pertumbuhan gulma yang sangat memberikan pengaruh terhadap persaingan penyerapan unsur hara. Disamping itu tanaman jati dapat berfungsi sebagai tanaman pelindung dengan perakaran yang dalam mampu mencegah terjadinya evaporasi yang berlebihan sehingga lebih memungkinkan tersedianya air dalam tanah yang merupakan faktor penting dalam mekanisme penyerapan hara dimana akar lebih banyak mengabsorbsi  hara dalam suasana lembab dari pada bila akar tumbuh dalam suasana kering.

Menurut Yuhaeni dkk (1983) bahwa unsure nitrogen sangat kuat pengaruhnya dalam fase-fase pertumbuhan tanaman karena unsure nitrogen berfungsi didalam sintesa protein yang merupakan unsure pembangun protoplasma dalam pembentukan organ-organ tanaman. Dengan bertambahnya unsur-unsur nitrogen maka pertumbuhan  dan perkembangan tanaman akan menjadi lebih baik sehingga tanaman cenderung membentuk daun yang lebar serta batang yang lebih besar dan tanaman semakin tinggi.


TANAMAN JATI

            Merupakan pohon yang menghasilkan kayu berkualitas tinggi. Pohon jati ini memiliki kayu yang kuat dan awet untuk membuat furniture. Kayu dari pohon jati merupakan kayu berkualitas tinggi dan dihasilkan dari pohon yang berumur lebih dari 80 tahun. Pohon jati dapat tumbuh hingga ratusan tahun, di Indonesia pohon jati terbesar dan tertua yaitu pohon 'Jati Denok' yang tumbuh di Blora, Jawa Tengah.
Pohon jati terdiri dari beberapa bagian yang memiliki manfaat sebagai berikut:
Daun jati dapat dimanfaatkan sebagai pembungkus makanan. Nasi yang dibungkus dengan daun jati akan terasa lebih nikmat. Contohnya adalah nasi pecel yang terkenal dari Ponorogo. Selain itu daun jati juga banyak digunakan di gunakan sebagai pembungkus .tempe
Berbagai jenis serangga hama jati juga sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan orang desa. Dua di antaranya adalah belalang jati (Jw. walang kayu), yang besar berwarna kecoklatan, dan ulat jati (Endoclita). Ulat jati bahkan kerap dianggap makanan istimewa karena lezatnya.
Kayu jati dimanfaatkan untuk membangun rumah dan juga alat pertanian. Kayu jati pada masa perang juga digunakan untuk membangun kapal-kapal niaga dan kapal-kapal perang. Saat ini kayu jati digunakan sebagai furnitur.

Kesimpulan

            Dari hasil uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pola pengembangan tanaman jambu mete (Anacardium occidentale Linn)  dengan tanaman Jati (Tectona Grandis) yang merupakan salah satu bahan  industri dapat  dilakukan dengan mengetahui sifat-sifat pertumbuhan masing-masing tanaman. Dengan demikian nilai produksi dari suatu lahan yang kondusif dapat ditingkatkan secara ekonomi.

Kamis, 07 Oktober 2021

MENGENAL TANAMAN KAPULAGA


                       MENGENAL TANAMAN KAPULAGA

 

DISKRIPSI

      Tanaman kapulaga merupakan  tanaman perdu yang tumbuh baik pada kondisi ternaungi. Tanaman jenis rempah yang membentuk rumpun keluarga Zingiberaceae atau yang lebih dikenal dengan jahe-jahean  dan dapat mencapai ketinggian 2-3 meter. Kapulaga memiliki batang berpelepah daun yang membalut batangnya. Letak daunnya berseling-seling. Bunganya tersusun dalam tandan yang keluar dari rimpangnya.




SYARAT TUMBUH KAPULAGA

     Pada umumnya petani di Indonesia sendiri yang membudidayakan jenis kapulaga lokal, sedangkan kapulaga sabrang umumnya masih jarang. Untuk jenis kapulaga lokal sendiri terdapat tiga jenis diantaranya jenis buah putih, buah merah besar dan buah merah kecil.Di lihat dari tinggi tanamannya sendiri, jenis jahe-jehean ini bisa mencapai tinggi 3 meter. Adapun buahnya berbentuk bulat telur.Sementara itu dari sisi geografisnya sendiri, tanah yang bisa ditanami kapulaha berkisar diketinggian 0 – 700 mdpl. Adapun dari jenis kapulaga sabrang bisa tumbuh diketinggian antara 700 – 1500 mdpl.Tanaman kapulaga menghendaki jenis tanah yang banyak mengandung humus (bahan organik), gembur dan memiliki drainase yang baik dengan pH minimal 5,6 hingga 6,8. Jenis tanah yang baik untuk budidaya kapulaga adalah tanah latosol, podsolik merah kuning dan mediteran dengan tekstur tanah lempung liat atau lempung berpasir. Jenis tanaman ini sebenarnya mudah untuk dibudidayakan. Dengan letak geografis Indonesia yang ada di subtropis ini akan sangat memungkinkan jenis kapulaga ini dapat tumbuh subur.

     Kapulaga tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang beriklim tropis, gersang/semi gersang dan daerah beriklim sedang. Curah hujan optimal yang dikehendaki tanaman kapulaga adalah 2500 hingga 4000 mm per tahun. Kapulaga merupakan tanaman yang membutuhkan tanaman pelindung, sebab tanaman ini tidak membutuhkan cahaya matahari secara penuh. Intensitas cahaya yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kapulaga adalah 30 hingga 70 persen.

 

CARA BUDIDAYA KAPULAGA

Cara budidaya tanaman kapulaga yang akan dijabarkan di sini meliputi pengolahan lahan tanam, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan proses panen.

Dengan mengetahui beberapa teknik tersebut, pastinya akan memudahkan para petani dalam menghasilkan tanaman kapulaga yang bernilai jual dan mempunyai kualitas yang tinggi.

PENGOLAHAN LAHAN

    Tanaman kapulaga merupakan tanaman yang tidak begitu membutuhkan intensitas cahaya matahari penuh, sehingga dalam budidayanya diusahakan untuk menggunakan metode tumpan sari. Dengan metode ini, tanaman yang bisa ditanam dalam satu lahan adalah tanaman sengon atau kopi.

Tanaman kopi atau sengon ini nantinya akan menjadi tanaman pelindung bagi kapulaga supaya tidak terlalu banyak terpapar sinar matahari.

Kemudian, untuk langkah pengolahan lahan tanam, sebaiknya petani mulai mengolah pada bulan September hingga Oktober. Dikarenakan pada bulan tersebut, tiba datangnya awal musim hujan.

     Jika lahan ternyata masih dalam kondisi penuh dengan gulma atau semak-semak, lakukan pembersihan dulu pada lahan guna gulma itu tidak mengganggu pertumbuhan kapulaga nantinya.

Selanjutnya, tanah harus digemburkan dengan cara dicangkul sedalam 30 cm. Tanah yang keras tentunya sangat tidak bagus sebagai lahan budidaya kapulaga.

Taburkan kapur pertanian pada tanah apabila pH atau derajat keasaman tanah ternyata kurang dari 5,6. Buat lubang tanam pada tanah sedalam 40 cm dengan jarak tanam 1 x 2 meter.

Langkah berikutnya, berikan pupuk kandang atau kompos serta campurkan dengan tanah galian lubang tanam. Jumlah banyaknya pupuk yang akan digunakan disesuaikan dengan seberapa luas lahannya dan kondisi dari lahan itu juga.

 

 

 

 


 

PENANAMAN KAPULAGA

     Langkah selanjutnya, dalam membudidayakan tanaman kapulaga adalah melakukan proses penanaman. Jika pada proses pengolahan lahan dilakukan pada bulan September hingga Oktober, pada proses penanaman kapulaga dilakukan mulai Oktober sampai Desember. Pada bulan-bulan tersebut musim hujan juga baru dimulai, cocok untuk pertumbuhan tanaman kapulaga.

Seperti yang disarankan sebelumnya, tanaman kapulaga memang lebih baik jika ditanam dengan metode tumpang sari sebagai pohon pelindung.

     Jenis pohon pelindung juga beragam seperti kopi, lamtoro, dan dadap. Perbandingan yang digunakan dengan pohon pelindung yakni 1 pohon pelindung banding 2 pohon kapulaga.

Bibit kapulaga yang sudah siap dipindahkan lantas ditanam sedalam 10 hingga 15 cm pada lubang tanam. Pastikan jika tanah tersebut sudah diberikan pupuk pada proses pengolahan tanah sebelumnya.

     Dalam proses pemindahan bibit, lakukan dengan perlahan sehingga tunas tidak rusak. Untuk setiap lubang tanam, setiap lubang tanam diisi dengan dua bibit kapulaga  Jarak untuk setiap tanaman diusahakan sekitar 1 x 2 m hingga 1,5 x 2 m.

Kemudian, padatkan tanah yang ada di sekitar lubang tanam supaya bibit yang ditanam tadi benar-benar tertanam dengan sempurna.



PEMELIHARAAN TANAMAN KAPULAGA

     Setidaknya ada beberapa langkah pemeliharaan dan perawatan tanaman kapulaga. Langkah pemeliharaan tersebut bermula dari penyulaman, penyiangan, penggemburan, pemupukan susulan, serta pengendalian hama dan penyakit

PEMANENAN TANAMAN KAPULAGA

    Tanaman kapulaga memenuhi syarat untuk dipanen jika usia tanaman sudah mencapai 2 sampai 3 tahun. Kapulaga ini bisa berbuah sepanjang tahun, oleh karenanya panen kapulaga bisa dilakukan sampai 4 kali panen besar dan 4 kali panen kecil. Panen besar dan kecil ini dilakukan secara bergantian.

Pada tanaman kapulaga yang tumbuh dengan baik, hasil panennya bisa mencapai berton-ton yakni sekitar 3 ton per hektarnya.

Jumlah panen tersebut biasanya berlaku pada tanaman yang sudah berumur belasan tahun. Sementara itu, usia produktif dari kapulaga berlangsung hingga usia 15 tahun.

Pertanda jika buah kapulaga sudah bisa dipanen meliputi warnanya yang hijau kekuningan. Perlu diketahui jika memanen kapulaga harus dilakukan sebelum buahnya matang sempurna.

     Jika memanen menunggu buah kering dan warnanya berubah sangat tuang, maka hasil tersebut dianggap tidak bagus, serta buahnya akan pecah pula. Selepas buah dipanen, buah tersebut harus dijemur dan dikeringkan di bawah sinar matahari secara langsung.

 

Begitulah cara budidaya tanaman kapulaga bermula dari persiapan lahan beserta pemilihan bibit hingga proses memanen.

 

 


Jumat, 24 September 2021

DAMPAK KEBAKARAN HUTAN UNTUK KEHIDUPAN

 

DAMPAK KEBARANAN HUTAN UNTUK KEHIDUPAN

Pendahuluan

Kebakaran hutan dan lahan berdampak pada rusaknya ekosistem dan menyebabkan musnahnya flora dan fauna yang tumbuh dan hidup di hutan. Kebakaran hutan mengakibatkan hutan menjadi gundul, sehingga tidak mampu lagi menampung cadangan air di saat musim hujan, hal ini dapat menyebabkan tanah longsor ataupun banjir.

Dampak Yang ditimbulkan dari kebakaran hutan

Secara umum, orang Indonesia memiliki kesadaran rendah akan praktik lingkungan yang berkelanjutan. Hal ini tercermin dari penggunaan praktik tebang-dan-bakar oleh petani dan perusahaan (sebuah strategi untuk membersihkan lahan demi perkembangan perkebunan, biasanya untuk perluasan perkebunan kelapa sawit atau industri pulp dan kertas), terutama di pulau Sumatra dan Kalimantan. Strategi tebang-dan-bakar adalah pilihan yang paling murah makanya sering digunakan. Meski praktik ini sebenarnya tidak diijinkan oleh hukum Indonesia, penegakan hukum yang lemah dan adanya korupsi memungkinkannya. Namun, praktik tersebut mengimplikasikan risiko dan dampak besar untuk lingkungannya. Misalnya, kebakaran hutan yang terjadi pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2015 sangat di luar kendali. Berdasarkan laporan Bank Dunia - yang dirilis pada bulan Desember 2015 - sekitar 100.000 titik api (kebakaran hutan) buatan manusia menghancurkan sekitar 2,6 juta hektar lahan antara bulan Juni dan Oktober 2015 dan menyebabkan kabut beracun menyebar ke bagian lain Asia Tenggara, sehingga menimbulkan ketegangan diplomatik. Bencana ini diperkirakan menelan biaya sebesar Rp 221 triliun (1,9 persen dari produk domestik bruto) dan mengeluarkan sekitar 11,3 juta ton karbon setiap hari (angka yang melebihi 8,9 juta ton karbon emisi harian di Uni Eropa), sehingga menjadi salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah manusia. Kebakaran hutan pada tahun 2015 menjadi sangat di luar kendali karena cuaca kering yang luar biasa. Fenomena cuaca El Nino, yang terkuat sejak tahun 1997, membawa cuaca kering yang parah ke Asia Tenggara dan oleh karena itu petugas pemadam kebakaran tidak bisa mengandalkan dukungan dari hujan. El Nino, yang (rata-rata) datang sekali setiap lima tahun, menyebabkan perubahan iklim di Samudera Pasifik kemudian menyebabkan kekeringan di Asia Tenggara dan karena itu juga mempunyai dampak besar terhadap panen komoditas pertanian. Dampak yang ditimbulkan kebakaran hutan ternyata sangat kompleks. Kebakaran hutan tidak hanya berdampak terhadap ekologi dan mengakibatkan kerusakan lingkungan saja. Namun dampak dari kebakaran hutan ternyata mencakup bidang-bidang lain. Menurut Rully Syumanda (2003), menyebutkan ada 4 aspek yang terindikasi sebagai dampak dari kebakaran hutan. Keempat dampak tersebut mencakup dampak terhadap kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi, dampak terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan, dampak terhadap hubungan antar negara, serta dampak terhadap perhubungan dan pariwisata.

Dampak Terhadap Sosial, Budaya, dan Ekonomi.

Kebakaran hutan memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi yang diantaranya meliputi: 1. Terganggunya aktivitas sehari-hari; Asap yang diakibatkan oleh kebakaran hutan secara otomatis mengganggu aktivitas manusia sehari-hari, apalagi bagi yang aktivitasnya dilakukan di luar ruangan. 2. Menurunnya produktivitas; Terganggunya aktivitas manusia akibat kebakaran hutan dapat mempengaruhi produktivitas dan penghasilan. 3. Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan; Selain itu, bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari mengolah hasil hutan, dengan terbakarnya hutan berarti hilang pula area kerja (mata pencarian). 4. Meningkatnya hama; Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak kesimbangan alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol. Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat sebagian binatang kehilangan habitat yang kemudian memaksa mereka untuk keluar dari hutan dan menjadi hama seperti gajah, monyet, dan binatang lain. 5. Terganggunya kesehatan; Kebakaran hutan berakibat pada pencemaran udara oleh debu, gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain infeksi saluran pernafasan, sesak nafas, iritasi kulit, iritasi mata, dan lain-lain. 6. Tersedotnya anggaran negara; Setiap tahunnya diperlukan biaya yang besar untuk menangani (menghentikan) kebakaran hutan. Pun untuk merehabilitasi hutan yang terbakar serta berbagai dampak lain semisal kesehatan masyarakat dan bencana alam yang diambilkan dari kas negara. 7. Menurunnya devisa negara. Hutan telah menjadi salah satu sumber devisa negara baik dari kayu maupun produk-produk non kayu lainnya, termasuk pariwisata. Dengan terbakarnya hutan sumber devisa akan musnah. Selain itu, menurunnya produktivitas akibat kebakaran hutan pun pada akhirnya berpengaruh pada devisa negara.


 DampK Ekologis dan Kerusakan Lingkungan.

Kebakaran hutan memberikan dampak langsung terhadap ekologi dan lingkungan yang diantaranya adalah: 1. Hilangnya sejumlah spesies; selain membakar aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang. Bebrabagai spesies endemik (tumbuhan maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan. 2. Erosi; Hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai penahan erosi. Ketika tanaman musnah akibat kebakaran hutan akan menyisakan lahan hutan yang mudah terkena erosi baik oleh air hujan bahkan angin sekalipun. 3. Alih fungsi hutan; Kawasan hutan yang terbakar membutuhkan waktu yang lama untuk kembali menjadi hutan. Bahkan sering kali hutan mengalami perubahan peruntukan menjadi perkebunan atau padang ilalang. 4. Penurunan kualitas air; Salah satu fungsi ekologis hutan adalah dalam daur hidrologis. Terbakarnya hutan memberikan dampak hilangnya kemampuan hutan menyerap dan menyimpan air hujan. 5. Pemanasan global; Kebakaran hutan menghasilkan asap dan gas CO2 dan gas lainnya. Selain itu, dengan terbakarnya hutan akan menurunkan kemampuan hutan sebagai penyimpan karbon. Keduanya berpengaruh besar pada perubahan iklim dan pemansan global. 6. Sendimentasi sungai; Debu dan sisa pembakaran yang terbawa erosi akan mengendap di sungai dan menimbulkan pendangkalan. 7. Meningkatnya bencana alam; Terganggunya fungsi ekologi hutan akibat kebakaran hutan membuat intensitas bencana alam (banjir, tanah longsor, dan kekeringan) meningkat.





Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara.

 Asap hasil kebakaran hutan menjadi masalah serius bukan hanya di daerah sekitar hutan saja. Asap terbawa angin hingga ke daerah lain bahkan mencapai berbagai negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Dampak Terhadap Perhubungan dan Pariwisata.

Kebakaran hutan pun berdampak pada pariwisata baik secara langsung ataupun tidak. Dampaknya seperti ditutupnya obyek wisata hutan dan berbagai sarana pendukungnya, terganggunya transportasi, terutama transportasi udara. Kesemunya berakibat pada penurunan tingkat wisatawan secara nasional. Mengingat sedemikian kompleknya dampak yang diakibatkan oleh kebakaran hutan sudah selayaknya kita semua mewaspadai. Sekalipun tinggal jauh dari hutan, menumbuhkan kesadaran akan bahaya kebakaran hutan mungkin salah satunya.




 

 

Kamis, 12 Agustus 2021

SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

 SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU


Pendahuluan

Apakah SVLK? Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) merupakan sistem pelacakan yang disusun secara multistakeholder untuk memastikan legalitas sumber kayu yang beredar dan diperdagangkan di Indonesia . Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dikembangkan untuk mendorong implementasi peraturan pemerintah yang berlaku terkait perdagangan dan peredaran kayu hasil hutan.




Pengertian

Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) adalah sistem pelacakan yang tersusun secara multistakeholder untuk memastikan legalitas sumber kayu yang beredar dan diperdagangkan di Indonesia. Sistem ini dikembangkan untuk mendorong penerapan peraturan pemerintah terkait perdagangan dan peredaran hasil hutan di Indonesia secara legal.

VLK itu juga diharapkan menjadi “satu-satunya” sistem legalitas untuk kayu yang berlaku di Indonesia. “Sistem ini diharapkan memberi kepastian bagi semua pihak yakni pembeli, pemilik industri, pengusaha, penegak hukum, pemerintah dan masyarakat.

Perhatian kepada kelestarian ini akan menjamin terjaganya fungsi ekologis dan sosial hutan. Secara ekonomi aturan ini akan memberi koreksi pada fungsi produksi yang berdampak pada pengurangan volume produksi.

Tentang SVLK

Sistem Verifikasi Legalitas Kayu atau SVLK berfungsi untuk memastikan produk kayu dan bahan bakunya diperoleh atau berasal dari sumber yang asal-usulnya dan pengelolaannya memenuhi aspek legalitas. Kayu disebut legal bila asal-usul kayu, izin penebangan, sistem dan prosedur penebangan, pengangkutan, pengolahan, dan perdagangan atau pemindahtanganannya dapat dibuktikan memenuhi semua.

LINGKUP SVLK

Semua kayu dari hutan negara atau hutan hak wajib menjalani verifikasi legalitas. Kewajiban ini menjamin asal usul sumber bahan baku. Begitu pula di industri (primer maupun sekunder), kayu bahan bakunya harus menjalani verifikasi legalitas sampai pada saat menjadi produk kayu. Produk kayu untuk ekspor memerlukan Dokumen V-Legal. Dokumen V bertujuan untuk menjamin bahwa bahan baku kayu yang dibeli berstatus legal.


TUJUAN SVLK

*  Membangun alat verifikasi legalitas yang kredibel, efisien dan adil sebagai salah satu upaya mengatasi masalah pembalakan liar
*  Memperbaiki tata pemerintahan (governance) kehutanan Indonesia dan untuk meningkatkan daya saing produk kehutanan Indonesia
*  Meningkatkan daya saing produk perkayuan Indonesia
*  Mereduksi praktek illegal logging dan illegal trading
*  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.






MANFAAT SVLK

SVLK memberikan kepastian bagi pasar di   eropa,amerika,jepang dan negara-negara tujuan eksport bahwa kayu dan produk kayu yang berasal dai Indonesia adalah produk legal dan berasal dari sumber yang legal.
    -  Memperbaiki administrasi tata usaha kayu hutan secara efektif.
    -  Menjadi satu-satunya system legalitas untuk kayu yang berlaku di Indonesia.
    -  Menghilangkan ekonomi biaya tinggi.




Rabu, 28 Juli 2021

BUDIDAYA LEBAH APIS CERANA

 BUDIDAYA LEBAH APIS CERANA

Pendahuluan 

Lebah madu dikenal sebagai hewan yang membawa manfaat terutama untuk kesehatan manusia

Madu yang dihasilkan oleh lebah ini terbukti ampuh untuk menjaga kesehatan tubuh dan mengobati berbagai macam penyakit.

                 CARA BUDIDAYA LEBAH APIS CERANA

1. Membuat rumah lebah.

 * Siapkan rumah lebah yang berupa kotak kayu dengan ukuran panjang 30-40 Cm,Lebar 25 Cm.

2.Membuat bingkai sarang lebah

 * Isi kotak tersebut dengan beberapa bingkai untuk sarang lebah dan untuk memudahkan dalam            memanen madu.

3. Memilih Bibit lebah.

*Bibit lebah bisa di dapat dari petani yang menyediakan bibit lebah yakni lebah ratu,lebah jantan,lebah pekerja.

4.Pemeliharaan Lebah.

*Secar rutin bersihkan rumah lebah dari serangga pengganggu dan tanaman rumput liar di bawah stup

Penanaman tanaman bungah yang cukup untuk pakan lebah.



Kelebihan budidaya lebah madu

1. Tidak membutuhkan pakan yang menguras modal .

2. Tidak direpotkan dengan pemberian pakan yang biasanya teratur.

3. Hasil panen dari usaha budidaya lebah sangat menjajikan.

     

         SIKLUS KEHIDUPAN LEBAH

Lebah adalah hewan yang hidup berkelompok.

Didalam sebuah kelompok ada 3 ( tiga) jenis lebah yaitu lebah ratu,lebah peejantan dan lebah pekerja.

LEBAH PEKERJA

Lebah pekerja  1 koloni setidaknya ada 30-60 ribu ekor lebah pekerja yang ukurannya lebih kecil.

Tugas lebah pekerja adalah membangun sarang lebah sebagai tempat bertelur lebah ratu,mengumpulkan makanan (berupa nektar,tepungsari dan air),memberikan makanan lebah ratu dan pejantan,menjaga sarang dari musuh dan membersihkan sarang.




LEBAH PEJANTAN

* Lebah pejantan adalah lebah yang berukuran lebih besar dari lebah pekerja namun tak lebih besar dari lebah ratu.

*Tubuh lebah jantan lebih pendek dari lebah ratu dan berwarna kehitam-hitaman.

*Umurnya hanya beberapa bulan.

*Lebah jantan menyuntikan racun saat melaksanakan perkawinan dan menyebabkan kebutaan lebah ratu sementara.



LEBAH RATU

Adalah lebah betina yang memimpin sebuah koloni, ukuran lebih besar dibanding jenis lainnya.

Untuk mengendalikan koloni lebah ratu menggunakan feromon sejenis zat kimia untuk merangsang 
/ mmikat seksual lebah jantan/betina.

Tugasnya berkembangbiak menghasilkan telur baru lebah generasi selanjutnya.

Hidupnya sampai bertahun-tahun.





PEMANENAN

* Proses panen madu dengan car mengasapi area atau rumah lebah.

* Gunakan pakian pelindung agar tidak tersengat lebah.

* Ambil bingaki  dari kotak kayu yang berisi sarang madu.

* Ambil sarang dari bingkai dan hilangkan lebah yang menempel disarang kemudian peras dan disaring.



Keuntungan budidaya lebah madu

Hemat biaya.

Tak perlu proses perkawinan.

harga jual tinggi.









     

Kamis, 24 Juni 2021

PEMBINAAN KELOMPOK TANI HUTAN ( KTH )

 

PEMBINAAN KELOMPOK TANI HUTAN (KTH)



 

Pendahuluan

Hutan Rakyat yang selanjutnya disingkat HR adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya dengan ketentuan luas minimum 0.25 (nol koma dua lima ) hektar,penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50% (lima puluh perseratus)

ISTILAH YANG PERLU DIPAHAMI

Kelompok Tani Hutan yang selanjutnya disingkat KTH adalah sekumpulan petani warga negara Indonmesia yang mengelola usaha di bidang kehutanan di dalam dan di luar Kawasan hutan.

FUNGSI KTH

-       Pembelajaran masyarakat.

 

-       Peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

 

-       Pemecahan permasalahan.

 

-       Kerja sama dan gotong royong.

 

-       Pengembangan usaha produktif,pengelolaan dan pemasaran hasil hutan.

 

-       Peningkatan kepedulian terhadap kelestarian hutan.

 

Ketentuan pembentukan KTH

-       Keanggotaan KTH paling sedikit 15 ( lima belas) orang.

-       Terdapat unsur pelaku utama yang berdomisili  dalam 1 ( 1 ) wilayah administarsi desa/kelurahan dan dibuktikan dengan kartu tanda penduduk ( KTP ) .

-       Melakukan kegiatan dibidang kehutanan.

 

KEGIATAN KELOMPOK TANI HUTAN

-       Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar.

-       Pengungutan hasil hutan bukan kayu.

-       Konservasi tanah dan air.

-       Perlindungan dan konservasi alam.

-       Hutan Rakyat (HR)

-       Pembibtan tanaman kehutanan.

-       Penanaman .pemeliharaan. dan pemanenan tanaman kehutanan.

-       Agroforestry/agrosivopasture/agrosilvofishery.

-       Penamfaatan jasa lingkungan.


 

 KUNCI SUKSES PENGELOLAAN KTH

1.       KELOL KELEMBAGAAN.

2.       KELOLA KAWASAN.

3.       KELOLA USAHA.

 

KELOLA KELEMBAGAAN



 Keberhasilan aspek Kelola kelembagaan dilakukan melalui kegiatan:

 

-       Pembagian tugas,peran tanggung jawab dan wewenang setiap pengurus KTH.

 

-       Penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ( AD-ART) dan atau aturan kelompok.

 

-       Penyusunan kelengkapan adsministrasi kelompok.

 

-       Pembuatan rencan kerja KTH.

 

-       Peningkatan kapasitas sumber daya manusia KTH.

 

-       Peningkatan kepedulian sosial,semangat kebersamaan,gotong royong.kejujurtan dan keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan kelompok.

 

-       Pembentukan kader dan regenerasi kepemimpinan dalam kelompok.

 

-       Penyusunan laporan kemajuan KTH setiap akhir tahun.


KUNCI SUKSES PENGELOLAAN KTH

1.       KELOL KELEMBAGAAN.

2.       KELOLA KAWASAN.

3.       KELOLA USAHA.

 

KELOLA KELEMBAGAAN

 

Keberhasilan aspek Kelola kelembagaan dilakukan melalui kegiatan: 

-       Pembagian tugas,peran tanggung jawab dan wewenang setiap pengurus KTH.

-      Penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ( AD-ART) dan atau aturan kelompok.

-       Penyusunan kelengkapan adsministrasi kelompok. 

-       Pembuatan rencan kerja KTH.

-       Peningkatan kapasitas sumber daya manusia KTH. 

-       Peningkatan kepedulian sosial,semangat kebersamaan,gotong royong.kejujurtan dan keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan kelompok. 

-       Pembentukan kader dan regenerasi kepemimpinan dalam kelompok.

-       Penyusunan laporan kemajuan KTH setiap akhir tahun.

 

 

 

KELOLA KAWASAN

 

Keberhasilan aspek Kelola Kawasan :

 

-       Pemahaman terhadap batas wilayah Kelola.

-       Aktifitas kelompok dalam melakukan rehabilitasi (penanaman lahan kritis/kosong/tidak produktif,.6turus jalan,kanan kiri sungai).

-       Pemanfaatan wilauah Kelola sesuai dengan potensi,

-       Peningkatan kesadaran,kemauan,dan kemampuan dalam pelestarian hutan dan konservasi sumber daya alam.

-       Pencapaian pengelolaan hutan lestari yang antara lain perolehan sertifikat pengelolaan hutan lestari.


 KELOLA USAHA

Keberhasilan aspek Kelola usaha dilakukan melalui kegiatan;

-       Penyusunan rencana kerja dan Analisa usaha bidang kehutanan.

-       Penguatan manajemen usaha tani.

-       Pengembangan diversifikasi usaha produktif kehutanan lainnya.

-       Penyelenggaraan temu usaha KTH dengan pelaku usaha.

-       Pengembangan kerja sama jejaring kerja dan kemitraan dengan pelaku usqaha.

-       Peningkatan akses informassi dan teknologi dari berbagai sumber.

-       Mendorong pembentukan badan usaha/koperasi